Oleh : Kunjariyanto*
Dalam bulan ramadhan, secara tidak langsung kita telah belajar tentang banyak hal, di antaranya adalah tentang kedisiplinan, literasi, bermasyarakat dan kepedulian sosial. Ramadhan sebagai kawah candradimuka sangat efektif untuk membentuk pribadi muslim yang tangguh, yang tidak hanya berpikir untuk kepentingan personal belaka, melainkan berpikir secara seimbang untuk kepentingan personal dan sosial.
Ramadhan membentuk diri kita untuk mempunyai karakter yang disiplin. Misalkan saja puasa dan sholat tarawih. Puasa harus dimulai dari fajar sodiq sampai terbenamnya matahari (magrib), kita tidak diperbolehkan berbuka sebelum waktu yang ditentukan. Begitu juga sholat taraweh yang seharusnya dikerjakan setelah isyak, kita kerjakan pada pagi hari, atau sehabis sholat magrib, jadi jika tidak sesuai dengan waktu dan syarat ketentuan maka amal ibadah kita menjadi tidak sah.
Dalam bulan ramadhan, kita sangat dianjurkan untuk meningkatkan budaya literasi baik dari sisi membaca maupun menulis. Kita sangat di anjurkan untuk membaca alquran, tetapi tidak hanya berhenti dalam membaca teksnya belaka, melainkan membaca sampai kandungan maknanya serta asbabun nuzulnya.
Pasca membaca kita tidak boleh berhenti, tetapi masih dituntut untuk mengimplementasikannya dan mensyiarkannya melalui lisan (bil-lisan) maupun tulisan (bil-qolam). Jika budaya literasi kita kuat, maka kita tidak mudah termakan provokasi maupun informasi hoax.
Ramadhan mengajarkan kita untuk selalu bermasyarakat, dengan sholat maktubah dan sholat tarawih berjamaah dimasjid atau di musholla dipastikan kita bertemu dan berhubungan dengan banyak orang. Berjamaah di masjid ataupun musholla menjadi media komunikasi dan silaturahmi di antara masyarakat, yang bermanfaat untuk menjadikan guyub-rukun di tengah-tengah masyarakat. Menjadi rahasia bersama, selain ramadhan kita sering sholat sendirian atau mungkin berjamaah di rumah, yang ketemunya hanya keluarga sendiri saja.
Disekitar kita banyak orang-orang yang belum beruntung misalkan fakir, miskin dan lansia, yang membutuhkan uluran tangan dari kita. Islam telah memberikan skema untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang belum beruntung, di antaranya melalui zakat fitrah, zakat mal, infak dan shodaqoh. Dalam bulan ramadhan dijanjikan barang siapa yang memberikan infaq dan shodaqoh maka akan dilipatgandakan pahalanya, maka hal tersebut menjadi stimulus banyak orang untuk mengeluarkan hartanya guna berinfaq dan shodaqoh. Sehingga pada bulan ramadhan banyak kaum muslimin yang berinfak dan bersodaqoh.
Sebuah pertanyaan besar, masihkan kita semangat dan istiqomah melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagaimana di atas pasca bulan ramadhan? Yang bisa menjawab tentunya diri kita sendiri. Sebagai sebuah proses belajar, kesuksesan tidak hanya ditentukan pada saat belajar, melainkan ketika telah lulus, dan saat bergumul di tengah masyarakat yang mempunyai latar belakang beragam .
Setiap ramadhan menelurkan alumninya masing-masing. Sebagai alumni ramadhan 2018 mempunyai PR yang berat yang harus dikerjakan. Pertama. Mengistiqomahkan dan meningkatkan amal ibadah serta kegiatan-kegiatan yang baik yang telah kita tunaikan saat bulan ramadhan. Kedua, mewujudkan spirit ramadhan dalam laku keseharian dan laku profesional diri kita masing-masing. Ketiga, mengkampanyekan dan mengimplementasikan islam rahmatal lil alamin dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujudnya islam yang ramah, damai, dan toleran. Keempat, memperkuat budaya literasi agar tidak terjerembab dalam trend provokasi, ujaran kebencian, maupun informasi hoax. dan kelima, mempererat tali silaturahmi dan paseduluran diantara sesama umat islam, dan umat islam dengan umat lainnya.
Akhirnya, ramadhan menjadi bekal untuk mengarungi sebelas bulan kedepan, guna mewujudkan manusia yang berkarakter ulul albab, serta menjadi manusia yang sayang kepada semua mahluk dan semesta alam.
*Kunjariyanto, Kader GP Ansor Jepara