AnsorJepara.or.id – Selasa malam (16/6/2024) PAC GP Ansor Tahunan menggelar acara Istighatsah dan Mujahadah pada malam 10 Muharram berlokasi di serambi Masjid Astana Sultan Hadlirin. Acara yang dipimpin langsung oleh Rais Syuriyah MWC NU Tahunan, KH. Ali Masykur ini diawali dengan sholat Hajat, kemudian dilanjutkan dengan membaca kitab “Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin.”
Setelah istighatsah dan mujahadah dilanjutkan acara sambutan dan mauidhah hasanah. Sambutan pertama disampaikan Ketua PAC GP Ansor Tahunan, Ircham Andy Yahya “acara mujahadah di malam 10 Syuro sebagai ajang silaturahim antara pengurus PAC sekarang dengan pengurus senior di wilayah Tahunan bisa bertukar pikiran,” tandasnya. Ircham menambahkan acara ini merupakan program warisan yang sudah berjalan puluhan tahun dimulai para senior PAC Tahunan hingga bisa diteruskan sebagai tradisi yang baik dan harus tetap dilanjutkan.
Baca: Konsolidasi Keadministrasian dan Media Ansor bersama PAC Se-Jepara
Selaku ketua pembina PAC GP Ansor Tahunan Abdur Rosyid, menjelaskan bahwa kaderisasi kepengurusan di PAC Tahunan saat ini berjalan baik, ada 80% wajah baru yang diamanati sebagai pengurus baru. ” Perlu diingat bahwa Ansor merupakan penerus Nahdlatul Ulama di masa depan. Di Ansor para kader digembleng memperkuat mental, berjuang dan meluangkan waktu berkhidmah pada masyayikh NU,” tegasnya.
Mbah Rosyid juga berpesan agar kader Ansor tanggap menghadapi fenomena sekarang ini, seperti persoalan nasab habib. Semua kita di Nahdlatul Ulama harus menghormati, walaupun sebetulnya ia zurriyah ataupun tidak, kita tetap takzim dan yakin beliau adalah orang yang alim. Kader Ansor dan Banser itu seumpama diundang Habib ya harus hadir tetapi jangan lupa kalau diundang kiai sendiri seperti Kiai Ali Masykur lebih wajib hadir.
Lanjutnya, “hormat habib itu bagus tapi hormat kiai yang mengajari kita lebih bagus lagi. Begitupun menziarahi makam wali itu bagus tapi lebih wajib lagi menziarahi makam orang tua kita sendiri. Kader Ansor harus menghormati siapapun baik itu habib, pengemis sekalipun apalagi guru kita yang mengajari alif ba ta,” terangnya.
Selanjutnya dipungkasi mauidhah hasanah yang disampaikan KH. Ali Masykur, jadikan pertemuan seperti ini untuk momentum menambah kekompakan pengurus. Kita bisa mengemban amanat sebagai pengurus Ansor. Benar kita harus tanggap dengan situasi dan kondisi seperti yang diamanatkan pembina kita.
Periode kepemimpinan Ircham ini lengkap mulai dari pilpres dan pilkada hingga fenomena dzurriyah. Ansor harus menyikapi fenomena di masyarakat yang seperti acara gebyar seremonial. Ansor harus menumbuhkan kajian-kajian keilmuan. Bagaimana Masyarakat kita harus disadarkan bahwa menghadiri pengajian kitab rutinan di mushola itu harus dihidupkan karena menjadi kebutuhan kita.
Rasul bersabda, rusaknya umat nabi Muhammad disebabkan dua perkara. Pertama meninggalkan ilmu. Ilmu itu hal fundamental yang kita jalani di dunia ini. Kedua, umat terlalu sibuk mengumpulkan kekayaan.
Fenomena saat ini penghormatan pada ulama kampung sendiri itu mulai berkurang dibandingkan pada penceramah kondang maupun habib. “Gebyar dan tampilan heroik seperti pengajian umum dan acara shalawat menjadi sindiran kelompok sebelah, karena menghamburkan uang tapi sepi pengkajian dan pengajaran keilmuan yang dibutuhkan masyarakat,” tegasnya.
“Kita tetap mencintai zurriyah tetapi tidak berlebihan. Kalau membuat acara lebih baik kajian keilmuan ketimbang membuat acara shalawat dengan iringan rebana berjanjenan atau terbangan. Boleh untuk mengundang jamaah hadir dimulai dengan rebana tetapi kalau acara dimulai rebana wajib ditutup. Agar ulama bisa menyampaikan mauidhah dengan runtut dan memahamkan umat.”
Tradisi semacam ini kalau tidak dikendalikan maka kedepan ilmu agama akan lenyap. Makanya pengajian tidak berisi ilmu tetapi hanya seremonial belaka dan iringan musik shalawat. Harapannya Ansor Tahunan bisa menjadi pelopor perubahan untuk mulai mengkaji kitab-kitab sebagai wujud memakmurkan agama Islam.
Berkenaan dengan Pilkada 2024 ke depan, KH. Ali Masykur berpesan agar Ansor bisa melek informasi, bisa menyerap dan menyaring secara tepat. Kader Ansor harus paham peta politik baik di Provinsi maupun Kabupaten. Karena sekarang yang muncul hanya orang kaya dan pemodalnya saja.
“Menjaga kedaulatan itu harus dipahami bagaimana karakter kepemimpinan yang akan kita pilih. Jangan hanya bergantung pada politik uang. Miris bagaimana Indonesia yang sudah merdeka 85 tahun dengan mempertaruhkan jutaan nyawa pejuang sekarang tergadai. Bagaimana para pemimpin oligarkis justru tutup mata mengundang penjajah ke negeri kita,” tegasnya.
Baca: GP Ansor Perlu Merumuskan PR untuk Semua Calon Bupati Jepara Kedepan
“Rumusan kalau ingin negara berjalan baik itu simple, di dalam Nashaihul Ibad, karya Syekh Nawawi dijelaskan bahwa negara tidak akan rusak walaupun rakyatnya zalim, tetapi dengan catatan pemimpinnya bisa menjadi pedoman dan membuat aturan yang baik. Tetapi negara akan rusak meskipun rakyatnya ahli ibadah, namun dipimpin pemimpin yang zalim.” [ansorjepara.or.id/ka]
Pengirim : Bagus Irawan/Muhajir