AnsorJepara.or.id- Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah sikap universalisme Islam yang bisa membumi karena bisa hidup dan mengalami transformasi dalam segala kondisi, shalih li-kulli zaman wa makan (patut untuk setiap zaman dan tempat).
Baca: PC MDS Rijalul Ansor Jepara Adakan Rihlah Ke 15 Di Ranting Sukosono
“Ibarat gandum yang bisa dioloh menjadi aneka bentuk makanan. Meski nama makanannya beda tapi esensinya tetaplah gandum, dan enak dimakan. Itulah universalisme Islam, yang di Indonesia sangat jelas dipraktikkan oleh Gus Dur,” kata Wahyu Khoiruz Zaman, narasumber Rihlah ke-17 PC MDS Rijalul Ansor yang digelar di Aula Makam Mbah Pakis Aji (KH. Hasan Jupri), Potroyudan, Jepara Kota, Selasa malam (26/12/2023), dengan tema “Gus Dur dan Universalisme Islam”.
Lebih lanjut Wahyu menyatakan bahwa nilai universal itu bisa menyatu dengan budaya dan kultur masyarakat manapun. Meskipun Islam bukanlah agama budaya, Islam tidaklah bertentangan dengan budaya yang mendahulukan kemanusiaan (al-insaniyyah) sebelum mempraktikkan tafsir ber-agama (tadayyun).
Gus Dur menangkap nilai-nilai universal Islam dalam pemikirannya, “yang menvisikan jaminan keselamatan fisik (Kemanusiaan), keselamatan beragama, keselamatan keluarga, keselamatan hak milik ekonomi dan juga keselamatan profesi,” ujar Wahyu dalam Rihlah-17 Rijalul Ansor yang dirangkai dengan agenda Haul Gus Dur ke-14 dan dihadiri 70an jamaah tersebut.
Dari visi universal kemanusiaan itu, kata Wahyu, Gus Dur memiliki pemikiran yang humanis (mementingkan aspek kemanusiaan). Misalnya, atas nama keselamatan dalam profesi, seorang dokter tidak diharuskan beragama Islam untuk membantu mengobati pasien yang beragama Islam.
“Karena dalam universalisme Islam, maqashidus syariah sangat dipertimbangkan. Dalam hal mengobati, tujuannya bukan hanya dakwah, namun kesembuhan, dan ini adalah hak setiap manusia,” terang Wahyu, yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen Fakultas Dakwah IAIN Kudus.
Intinya, universalisme Islam adalah sikap terbuka dalam beragama (kosmopolitan), humanis, dan membumi. Gus Dur mengistilahkannya dengan pribumisasi Islam.
Sebelum tema Rihlah ke-17 Haul Gus Dur ke-14 disampaikan, panitia dari PAC GP. Ansor Jepara Kota menggelar agenda Pengukuhan Satkoryon Banser Jepara Kota dan Pelantikan PR GP. Ansor Potroyudan (Ketua: Mohammad Faris Arsyad), yang langsung dipimpin oleh Ketua PC. Ansor Jepara, Ainul Mahfudh, bersama Ketua PAC GP. Ansor Kota, Abdullah Nur Rohim. [ansorjepara.or.id/ka]